Selasa, 28 April 2015

Imbas Halilintar Menjadikan Si Edi yang Jenius


Imbas Halilintar Menjadikan Si Edi yang Jenius



Namanya Edi Kurniadi yang lahir pada tanggal 12 September 1997 anak dari Bapak Idang (Sempadung) dan Ibu Fatumah (Sungai Baru), dan mempunyai dua saudara Eka dan Bambang.
Edi Kurniadi sekarang bersekolah di SMP Negeri 3 Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas,  Provinsi Kalimantan Barat Indonesia. Sekarang ia baru saja selesai Ujian Nasional.
Pada tahun 2009, saat Edi Kurniadi sekolah di MIS Al-Hikmah Sidang Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat Indonesia, pernah mengikuti lomba OSN (Olimpiade Sains Nasional) bidang Matematika tingkat Kabupaten. Saat itu Edi Kurniadi duduk di bangku kelas 6. prestasi yang Edi Kurniadi raih sangat memuaskan, ia mendapatkan juara I (satu) tingkat Kabupaten.
Pada tahun 2010, Edi Kurniadi masuk SMP N 3 Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat Indonesia. Pada tahun 2011 Edi Kurniadi mewakili Kabupaten Sambas dalam lomba OSN (Olimpiade Sains Nasional) bidang Matematika tingkat provinsi di Pontianak. Alhamdulilah dengan belajar yang giat dan do’a serta tempaan dari guru-guru SMP N 3 Tebas serta binaan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas, maka Edi Kurniadi mendapatkan juara I (satu) tingkat provinsi.
Pada tahun 2012, Edi Kurniadi sebagai wakil Kalbar kembali adu tanding dalam lomba OSN (Olimpiade Sains Nasional) bidang Matematika tingkat pusat di Pontianak, yang diadakan selama dua hari. Yang membina langsung si Edi Kurniadi ini adalah guru dari SMP Negeri 3 Tebas yaitu ibu Jamilah, S.Pd. Namun kali ini nasib tidak memihak kepada Edi Kurniadi, ia gagal untuk mengalahkan otak-otak keju dari berbagai kota. Ia hanya mendapatkan juara 35 dari 99 peserta, yang diikuti oleh 33 provinsi.
Dibalik kesuksesan si Edi Kurniadi sebagai juara I tingkat provinsi dan menjadi wakil Provinsi Kalimantan Barat, ternyata ada penyebab yang menelatar belakanginya. Menurut cerita dari beberapa penduduk di mana ia (Edi Kurniadi) berdomisili dan dari beberapa teman sepermainannya atau teman sekolahnya, bahwa kisah si Edi Kurniadi hampir mirip dengan kisah si Ponari.
Ceritanya bermula, ketika Edi Kurniadi memberi itiknya makan di belakang rumah jam 2 sore. Sedangkan keadaan cuaca waktu itu agak mendung, mungkin akan turun hujan. Namun dengan tiba-tiba bunyi lentar (kilat menyambar dengan suara gemuruh) yang teramat nyaring. Orang kampung menyebutnya lentar karring (dalam bahasa Sambas) bunyi guruh yang tidak ada hujan. Edi Kurniadi terkejut dan pingsan.
Setelah itu, Edi Kurniadi di bawa ke warung depan rumah Gal Awa oleh orang tuanya. Kemudian oleh Gal Awa Edi Kurniadi ditimbus (disiram) dengan air tawar. Setelah disiram, Edi Kurniadi pun sadar. Setelah kejadian itu Edi kurniadi menjadi trauma berat, ia takut sekali pada kilat, guntur, atau hujan. Edi Kurniadi merasakan trauma berat selama 6 bulan, dan pada telinganya selalu saja berdengung-dengung.
Kejadian itu dialami oleh Edi Kurniadi ketika usia 6 tahun. Edi Kurniadi masih takut dengan lentar (guruh) hingga kelas 3 MI (Madrasyah Ibtidyah) Al-Hikmah Sidang Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat Indonesia. Apabila ada bunyi guruh di angkasa, maka Edi Kurniadi akan ketakutan dan menangis ingin pulang bila lagi bermain atau pada saat ia sekolah.
Namun setelah kejadian itu, sejak ia masuk MI kelas 1 sampai kelas 6 hingga dia SMP sekarang ini, prestasinya selalu meningkat. Ia mengerjakan soal-soal Matematika atau yang lainnya sangat begitu mudah. Menurut Edi Kurniadi, ia tidak juga belajar di rumahnya, ia suka sekali main game. Begitulah “imbas halilintar menjadikan si Edi yang jenius”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar