Imbas Halilintar Menjadikan Si Edi yang Jenius
Namanya Edi Kurniadi yang
lahir pada tanggal 12 September 1997 anak dari Bapak Idang (Sempadung) dan Ibu
Fatumah (Sungai Baru), dan mempunyai dua saudara Eka dan Bambang.
Edi Kurniadi sekarang
bersekolah di SMP Negeri 3 Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat Indonesia. Sekarang
ia baru saja selesai Ujian Nasional.
Pada tahun 2009, saat Edi
Kurniadi sekolah di MIS Al-Hikmah Sidang Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas,
Provinsi Kalimantan Barat Indonesia, pernah mengikuti lomba OSN (Olimpiade
Sains Nasional) bidang Matematika tingkat Kabupaten. Saat itu Edi Kurniadi duduk
di bangku kelas 6. prestasi yang Edi Kurniadi raih sangat memuaskan, ia
mendapatkan juara I (satu) tingkat Kabupaten.
Pada tahun 2010, Edi Kurniadi
masuk SMP N 3 Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat
Indonesia. Pada tahun 2011 Edi Kurniadi mewakili Kabupaten Sambas dalam lomba
OSN (Olimpiade Sains Nasional) bidang Matematika tingkat provinsi di Pontianak.
Alhamdulilah dengan belajar yang giat dan do’a serta tempaan dari guru-guru SMP
N 3 Tebas serta binaan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas, maka Edi
Kurniadi mendapatkan juara I (satu) tingkat provinsi.
Pada tahun 2012, Edi Kurniadi
sebagai wakil Kalbar kembali adu tanding dalam lomba OSN (Olimpiade Sains
Nasional) bidang Matematika tingkat pusat di Pontianak, yang diadakan selama
dua hari. Yang membina langsung si Edi Kurniadi ini adalah guru dari SMP Negeri
3 Tebas yaitu ibu Jamilah, S.Pd. Namun kali ini nasib tidak memihak kepada Edi
Kurniadi, ia gagal untuk mengalahkan otak-otak keju dari berbagai kota. Ia
hanya mendapatkan juara 35 dari 99 peserta, yang diikuti oleh 33 provinsi.
Dibalik kesuksesan si Edi
Kurniadi sebagai juara I tingkat provinsi dan menjadi wakil Provinsi Kalimantan
Barat, ternyata ada penyebab yang menelatar belakanginya. Menurut cerita dari
beberapa penduduk di mana ia (Edi Kurniadi) berdomisili dan dari beberapa teman
sepermainannya atau teman sekolahnya, bahwa kisah si Edi Kurniadi hampir mirip
dengan kisah si Ponari.
Ceritanya bermula, ketika Edi
Kurniadi memberi itiknya makan di belakang rumah jam 2 sore. Sedangkan keadaan
cuaca waktu itu agak mendung, mungkin akan turun hujan. Namun dengan tiba-tiba
bunyi lentar (kilat menyambar dengan
suara gemuruh) yang teramat nyaring. Orang kampung menyebutnya lentar karring (dalam bahasa Sambas)
bunyi guruh yang tidak ada hujan. Edi Kurniadi terkejut dan pingsan.
Setelah itu, Edi Kurniadi di
bawa ke warung depan rumah Gal Awa oleh orang tuanya. Kemudian oleh Gal Awa Edi
Kurniadi ditimbus (disiram) dengan
air tawar. Setelah disiram, Edi Kurniadi pun sadar. Setelah kejadian itu Edi
kurniadi menjadi trauma berat, ia takut sekali pada kilat, guntur, atau hujan.
Edi Kurniadi merasakan trauma berat selama 6 bulan, dan pada telinganya selalu
saja berdengung-dengung.
Kejadian itu dialami oleh Edi
Kurniadi ketika usia 6 tahun. Edi Kurniadi masih takut dengan lentar (guruh)
hingga kelas 3 MI (Madrasyah Ibtidyah) Al-Hikmah Sidang Kecamatan Tebas,
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat Indonesia. Apabila ada bunyi guruh di angkasa,
maka Edi Kurniadi akan ketakutan dan menangis ingin pulang bila lagi bermain
atau pada saat ia sekolah.
Namun setelah kejadian itu,
sejak ia masuk MI kelas 1 sampai kelas 6 hingga dia SMP sekarang ini,
prestasinya selalu meningkat. Ia mengerjakan soal-soal Matematika atau yang
lainnya sangat begitu mudah. Menurut Edi Kurniadi, ia tidak juga belajar di
rumahnya, ia suka sekali main game. Begitulah “imbas halilintar menjadikan si
Edi yang jenius”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar