Contoh
Makalah ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI Jilid 2
BAB
II
PEMBAHASAN
Merujuk kepada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan terdiri atas Pendidikan Anak
Usia Dini, Pendidikan Dasar (SD), Pendidikan Menengah (SMP), dan Pendidikan
Tinggi (SMA) atau Perguruan Tinggi, yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang
sistematik. Artinya, pendidikan harus dimulai dari usia dini, yaitu Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD). Dengan demikian, PAUD diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar. Dalam penjelasan selanjutnya, PAUD dapat diselenggarakan
melalui jalur pedididkan formal, non formal, dan atau informal. PAUD pada jalur
pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), RaudhatulAthfal (RA),
atau bentuk lain yang sederajat. PAUD dalam pedidikan non formal
berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain
yang sederajat. PAUD dalam pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Pendidikan anak usia dini selain mempelajari ilmu pelajaran
alam, bahasa dan matematika atau kesenian (bernyanyi dan menggambar). Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini juga mempelajari agama, apakah agama Islam dan agama
yang lainnya, tergantung lembaga tersebut. Islam dan Pendidikan Budaya Islam
pada Anak Usia Dini harus dapat terintegrasi pada anak. Namun bagaimana cara
untuk menerapkan budaya Islam pada anak tersebut. Mengenai hal tersebut dapat
diuraikan sebuah pembahasan diantaranya; hakikat pendidikan anak usia dini dan
Islam, pendidikan budaya Islam, cara penerapan budaya Islam kepada anak usia
dini, dan pandangan Islam terhadap pendidikan anak usia dini.
A. HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Hakikat pendidikan anak usia dini merupakan
serangkaian upaya sistematis dan terprogram dalam melakukan pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki
pendidikan lebih lanjut. Hakikat pendidikan anak usia dini mempunyai tujuan dan
beberapa prinsip serta standar kompetensi.
- Tujuan
Ada dua tujuan
diselenggarakannya pedidikan anak usia dini yaitu sebagai berikut:
a.
Membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh
dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki
kesiapan yang optimal didalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi
kehidupan di masa dewasa.
b.
Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar
(akademik) di sekolah.
- Prinsip-prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam
melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terdapat prinsip-prinsip
utama yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Mengutamakan kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada
anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah
anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu
intelektual, bahasa, motorik, dan sosio-emosional.
b.
Belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar.
Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui permainan,anak diajak
untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai
benda disekitarnya.
c.
Lingkungan yang kondusif dan menentang. Lingkungan
harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan, sekaligus
menentang dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung
kegiatan belajar melalui bermain.
d.
Menggunakan pembelajaran terpadu dalam bermain.
Pembelajaran anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu
yang dilakukan melalui tema. Tema yang harus dibangun harus menarik dan dapat
membangkitkan minat anak, serta bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar
anak mampu mengenal berbagai konsep serta mudah dan jelas sehingga pembelajaran
menjadi mudah dan bermakna bagi anak didik.
e.
Mengembangkan berbagai kecakapan atau keterampilan
hidup (lifeskills). Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan
melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk
menolong diri sendiri, mandiri, dan bertanggungjawab, serta memiliki disiplin
diri.
f.
Menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan
sumber belajar. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan
alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik, guru, dan
orang tua.
g.
Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang.
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai
dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai
dengan baik, hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
berulang kali.
- Standar Kompetensi Anak Usa Dini
Standar
kompetensi anak usia ini terdiri atas pengembangan aspek-apek sebagai berikut:
a.
Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode
moral kelompok sosial. “moral” berasal dari kata latin yag berarti tata cara,
kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral.
Peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan
yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari serluruh anggota kelompok.
b.
Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak
sesuai sengan harapan sosial. Perilaku demikian, disebabkan oleh ketidakacuhan
akan harapan sosial, melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau
kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.
c.
Perilaku amoral berarti perilaku yang lebih disebabkan
ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada pelanggaran yang
sengaja terhadap standar. Beberapa diantara perilaku anak kecil lebih bersifat
amoral ari pada tak bermoral.
d.
Pada saat lahir, tidak ada anak yang memiliki hati
nurani atau skala nilai. Akibatnya, tiap yang baru lahir dapat dianggap amoral.
Tidak seorang anakpun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri. Maka,
tiap anak harus diajarkan standar kelompok tentang yang benar dan yang salah.
B. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN ISLAM?
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup
seluruh manusia hingga akhir zaman.
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan
bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim)
yang bermakna dasar "selamat" (Salama).
Pengertian Islam menurut Al-Quran tercantum dalam
sejumlah ayat, diantaranya ialah;
1.
Islam berasal dari kata "as-silmu "
yang artinya damai
“dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya
dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.” (QS. Al-Anfal:61).
2. Islam
berasal dari kata "aslama " yang artinya menyerahkan diri
(pasrah).
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya” (QS. An-Nisa:125).
3. Islam berasal dari kata "istalma mustaslima
" yang artinya penyerahan total kepada Allah.
”Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri”
(QS. Ash-Shaffat:26 ).
4. Islam berasal dari kata
"saliimun salim " yang artinya bersih dan suci.
“Kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (QS. Asy-Syu '
ara:89).
5.
Islam berasal dari kata "salamun "
yang artinya selamat.
“Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan
memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku”
(QS. Maryam:47).
Pengertian Islam menurut Al-Quran tersebut sudah cukup mengandung pesan bahwa
kaum Muslim hendaknya cinta damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT, bersih
dan suci dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia-akhirat jika
melaksanakan risalah Islam. Wallahu a’lam.
C. PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang
terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni,
hokum, moral adat istiadat, dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Dan ada juga kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan
dan penciptaan batil (akal budi) manusia kepercayaan, kesenian, adat istiadat,
dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan
sesuatu yang termasuk hasi kebudayaan.
Pendidikan budaya Islam merupakan suatu usaha dalam
mengajarkan budaya kepada generasi Islam yang baru agar mereka mengetahui dan
mencintai budaya Islam yang telah berkembang sejak dahulu. Budaya Islam yang
harus dikembangkan atau diajarkan kepada anak didik sejak dari dini diantaranya
ialah;
1.
Ibadah.
2.
Kasidahan atau nasyid.
3.
Kaligrafi atau kerajinan tangan.
4.
Berpakaian Muslim.
5.
Makan dan minum yang halal.
6.
Selalu berdzikir dan berdo’a.
7.
Bertutur kata yang sopan dan bergaul dengan baik.
Sedangkan yang
dimaksud dengan budaya Islam adalah istilah yang banyak digunakan dalam
akademi sekuler untuk mendeskripsikan praktik budaya orang Islam. Karena agama
Islam muncul pada abad ke-6 di Arab, bentuk awal budaya Muslim kebanyakan
merupakan budaya Arab. Dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam, Muslim
saling berhubungan dan berasimilasi dengan budaya Persia,
Turki, Monggol, India,
Melayu, berber, dan Indonesia.
D. CARA PENERAPAN BUDAYA ISLAM KEPADA ANAK
USIA DINI
Segala
sesuatu dimulai dengan proses, demikian juga dalam hal mendidik anak. Berikut
beberapa tahapan atau cara penerapan budaya Islam kepada anak usia dini. Upaya
itu dapat kita sebut dengan membina dan mendidik anak, seperti;
1.
Membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah
Diantara
yang perlu ditanamkan sejak dini dalam diri anak-anak adalah kesadaran untuk
mengerjakan sholat wajib. Yang demikian ini disebutkan dalam firman Alloh SWT:
وَأْمُرْأَهْلَكَ
بِالصَّلَاةِوَاصْطَبِرْعَلَيْهَا
“perintahkan
keluargamu untuk mengerjakan sholat dan bersabar atasnya” (QS. Thoha:132). Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
bersabda yang artinya: “ajarkan sholat pada anak anak disaat berumur 7 tahun”
(HR. At-Tirmidzi). Selain itu pula hendaknya orang tua memotivasi anak-anak
untuk mengerjakan ibadah yang lain agar ketika mereka mencapai usia balig,
mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
2.
Memberikan teladan yang baik
Teladan
yang baik merupakan hal terpenting dalam keberhasilan mendidik anak.Telah
diketahui bersama bahwa seorang anak itu suka meniru tingah laku orang
tuanya.Bila orang tua memberikan teladan yang baik kepada anaknya niscaya anak
tersebut menjadi pribadi yang baik.Begitu juga sebaliknya. Maka hendaknya orang
tua memperhatikan dan tidak menyepelekan masalah ini, serta jangan pula apa
yang dikerjakan bertentangan dengan apa yang dikatakan. Alloh berfirman yang
artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang
tidak kalian kerjakan. Amat besar kemurkaan disisi Alloh ta’ala bila kalian
mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash –Shof : 2-3)
3.
Menjauhkan mereka dari teman teman yang buruk
Hendaknya
orang tua memberikan pengarahan kepada anak-anaknya agar memilih
teman-teman yang baik agama dan budi pekertinya. Juga selayaknya orang tua
memberikan pengertian dan senantiasa mengingatkan mereka akan bahaya bergaul
dengan orang-orang tak sholih.
Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya,
perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan
pandai besi; adapun penjual minyak, maka bisa jadi dia akan memberimu hadiah
atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi,
maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau busuk” (HR
Bukhari dan Muslim)
4.
Membentengi diri mereka dari hal-hal yang merusak
akhlak
Penyebab
banyaknya penyimpangan yang dilakukan anak-anak baik dari segi aqidah maupun
akhlak adalah apa yang mereka saksikan baik di media cetak maupun elektronik
berupa gambar-gambar atau tayangan-tayangan yang merusak agama mereka.
Solusinya adalah terus memantau aktivitas sehari-hari mereka, serta memberikan
bimbingan akan dampak negatif dari kemajuan teknologi. Yang demikian ini bukan
berarti melarang mereka untuk menggunakan sarana informasi dan komunikasi,
hanya merupakan pengarahan agar teknologi bisa termanfaatkan dengan baik.
5.
Mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran Islam
Sudah
sepantasnya bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada diri
anak-anaknya, seperti pentingnya iman dan Islam, kecintaan pada Alloh Ta’ala
dan Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam (yang nantinya membuahkan
ketaatan terhadap perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan), juga
mengajarkan mereka adab-adab Islam sehari-hari,( seperti adab berpakaian, makan
dan minum dsb), dzikir-dzikir dan doa-doa, cara bertutur kata, bergaul dengan
baik terhadap orang yang lebih tua dan sesama, cinta akan kebersihan dan
perilaku baik lainya.
6.
Bersikap adil
Yaitu
bersikap kepada anak-anak, tidak membedakan antara satu anak dengan anak yang
lainya dalam segala hal, baik dari sisi kasih sayang, perhatian, pengajaran,
nafkah, hadiah dan lain sebagainya sehingga tidak terjadi kecemburuan diantara
mereka. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَاتَّقُوااللَّهَ
وَاعْدِلُوابَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
“Bertaqwalah kalian kepada Alloh, dan berbuat
adillah terhadap anak-anak kalian” (HR. Muslim).
7.
Mendo’akan kebaikan bagi mereka
Hendaknya
orang tua menyadari bahwa hidayah berada di tangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Alloh memberikan hidayah kepada siapa saja yang Ia kehendaki dengan
rahmat dan karunia-Nya, sedang orang tua hanya bisa mengajarkan, mengarahkan,
dan membimbing anak-anaknya. Oleh karena itu hendaknya memperbanyak berdoa
untuk kebaikan mereka.
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَاهَبْ لَنَامِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَاقُرَّةَأَعْيُنٍ
وَاجْعَلْنَالِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“mereka
berdoa: “ wahai Robb kami, berikanlah kami penyejuk hati dari istri-istri dan
anak-anak kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa”
(QS. Al-Furqon: 74). Namun sebaliknnya, jauhilah dari mendo’akan kejelekan bagi
mereka (seperti: mengutuk, membodoh-bodohi, melaknat dan yang semisalnya). Anak
adalah amanah dari Alloh, dan kita diperintahkan agar bisa menunaikan amanah
dengan sebaik-baiknya.Semoga kita mampu menjaga dan menunaikan amanat yang
diberikan kepada kita.
E. PANDANGAN ISLAM TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
USIA DINI
Sungguh
Alloh Subhanahu Wata’ala telah memberikan berbagai macam amanah dan tanggung
jawab kepada manusia. Diantara amanah dan tanggung jawab terbesar yang Alloh
Ta’ala bebankan kepada manusia, dalam hal ini orang tua (termasuk guru,
pengajar ataupun pengasuh) adalah memberikan pendidikan yang benar terhadap
anak. Yang demikian ini merupakan penerapan dari firman Alloh Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai
orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka” (QS. At-Tahrim:6).
Sahabat
yang mulia Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu ‘anhu menafsirkan ayat di atas
dengan mengatakan: “Didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal
kebaikan” (Tafsir Ath-Thobari, Al-Maktabah As-Syamilah). Risalah Hadist Nabi
telah menjustifikasi akan pentingnya menyelenggarakan pendidikan kepada anak
usia dini, juntifikasi itu memberikan arti bahwa penyelenggaraan pendidikan
pendidikan kepada anak usia dini adalah merupakan perintah yang didalamnya
memiliki makna ibadah yang Agung. Inilah kesempurnaan sebuah ajaran, dimana
Islam mengajarkan tentang pentingnya proses pembentukan generasi muslim dari
sejak sedini mungkin untuk membangun pribadi-pribadi muslim yang kaffah
(sempurna).
Beberapa
landasan Hadist yang menerangkan betapa pentingnya mendidik anak sejak usia
dini, dapat di renungkan hadist-hadist berikut ini:
قالَ رَسُولُ الله ِصَلَّى الله ُعَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : قَالَ مَامِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّيُوْلَدُعَلَى الْفِطْرَةِفَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْيُمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى)
Artinya:
“Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri),
sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama
Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (H.R. Bukhori).
أَكْرِمُواأَوْلاَدَكُمْ،وَأَحْسِنُواأَدَبَهُمْ
Artinya : “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka
dengan budi pekerti yang baik.”
قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ
أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا ( رواه البخارى)
Artinya
: “ Paling baiknya kamu sekalian adalah dari budi pekertinya. “ (H.R. Bukhori)
‘Amru bin ‘Atabah pernah memberikan pegangan
kepada para pengasuh anaknya dengan berkata:
لِيَكُنْ
أَوَّلُ إِصْلاَحِكَ لِوَلِدَى إِصْلاَحَكَ لِنَفْسِكَ فَإِنَّ عُيُوْنَهُمْ
مَعْقُوْدَةٌبِعَيْنِكَ,فَاالْحَسَنُ عِنْدَهُمْ مَاصَنَعْتَ وَالْقَبِيْحُ
عِنْدَهُمْ مَاتَرَكْتَ
Artinya
: “ Hendaklah tuntunan perbaikan yang pertama bagi anak-anakku, dimulai dari
perbaikan anda terhadap diri anda sendiri. Karena mata dan perhatian mereka
selalu terikat kepada anda.Mereka menganggap baik segala yang anda kerjakan,
dan mereka menganggap jelek segala yang anda jauhi.”
Oleh
karena itu sudah sepantasnya bagi orang tua untuk memperhatikan masalah
pendidikan anaknya dengan sebaiknya-baiknya.