Jumat, 28 November 2014

MAKALAH ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI: ELSA HARIANI F, S.Pd.Aud Jilid 3


Contoh Makalah ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI Jilid 3

MAKALAH ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI: ELSA HARIANI F, S.Pd.Aud Jilid 3


BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Dari materi yang kami bahas tentang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pandangan Islam tentang Anak dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan awal, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting, karena orang tua adalah pengenalan pertama tentang pendidikan. Pada masa usia dini anak harus memenuhi aspek-aspek perkembangan seperti moral, bahasa, kognitif, emosi, social, dan agama. Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda, karena cara pola asuh mereka tidak sama. Ali bin Abi Tholib as, mengatakan “didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal kebaikan”. Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya pendidikan anak usia dini. Dalam hadist diterangkan bahwa “ Setiap anak dilahirkan atas fitrah, sehingga lancar lidahnya, maka orang tuanya yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

2.      SARAN
Sebaiknya dalam membina dan mendidik anak harus memperhatikan tahapan-tahapan seperti memilih istri yang sholehah, membiasakan anak untuk mengerjakan sholat, memberikan teladan yang baik, menjauhkan mereka dari teman-teman yang buruk, membentengi diri mereka dari hal-hal yang merusak akhlak mereka, mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran Islam, bersikap adil, mendo’akan kebaikan bagi mereka. Penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi kebaikan makalah yang berikutnya.

Daftar Pustaka

1.      Asmani, jamal ma’mur.2009.Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: DIVA Press.
2.      Hasan, Maimunah. 2011. Pendidikian Anak Usia Dini. Yogyakarta: DIVA press
3.      Mansyur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
4.      Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Paud. Yogyakarta: Pedagogia.




MAKALAH ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI: ELSA HARIANI F, S.Pd.Aud Jilid 2


Contoh Makalah ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI Jilid 2


BAB II
PEMBAHASAN

Merujuk  kepada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan terdiri atas Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar (SD), Pendidikan Menengah (SMP), dan Pendidikan Tinggi (SMA) atau Perguruan Tinggi, yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistematik. Artinya, pendidikan harus dimulai dari usia dini, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dengan demikian, PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Dalam penjelasan selanjutnya, PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pedididkan formal, non formal, dan atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK),  RaudhatulAthfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD dalam pedidikan non  formal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD dalam pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau  pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Pendidikan anak usia dini selain mempelajari ilmu pelajaran alam, bahasa dan matematika atau kesenian (bernyanyi dan menggambar). Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini juga mempelajari agama, apakah agama Islam dan agama yang lainnya, tergantung lembaga tersebut. Islam dan Pendidikan Budaya Islam pada Anak Usia Dini harus dapat terintegrasi pada anak. Namun bagaimana cara untuk menerapkan budaya Islam pada anak tersebut. Mengenai hal tersebut dapat diuraikan sebuah pembahasan diantaranya; hakikat pendidikan anak usia dini dan Islam, pendidikan budaya Islam, cara penerapan budaya Islam kepada anak usia dini, dan pandangan Islam terhadap pendidikan anak usia dini.
     
A.     HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Hakikat pendidikan anak usia dini merupakan serangkaian upaya sistematis dan terprogram dalam  melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Hakikat pendidikan anak usia dini mempunyai tujuan dan beberapa prinsip serta standar kompetensi.
  1. Tujuan
Ada dua tujuan diselenggarakannya pedidikan anak usia dini yaitu sebagai berikut:
a.       Membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal didalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
b.      Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
  1. Prinsip-prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini  (PAUD) terdapat prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Mengutamakan kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio-emosional.
b.      Belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar. Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui permainan,anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda disekitarnya.
c.       Lingkungan yang kondusif dan menentang. Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan, sekaligus menentang dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
d.      Menggunakan pembelajaran terpadu dalam bermain. Pembelajaran  anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang harus dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak, serta bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep serta mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah   dan  bermakna bagi anak didik.
e.       Mengembangkan berbagai kecakapan atau keterampilan hidup (lifeskills). Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, dan bertanggungjawab, serta memiliki disiplin diri.
f.        Menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan sumber belajar. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik, guru, dan orang tua.
g.       Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang. Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik, hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan berulang kali.
  1. Standar Kompetensi Anak Usa Dini
Standar kompetensi anak usia ini terdiri atas pengembangan aspek-apek sebagai berikut:
a.       Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. “moral” berasal dari kata latin yag berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral. Peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari serluruh anggota kelompok.
b.      Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak sesuai sengan harapan sosial. Perilaku demikian, disebabkan oleh ketidakacuhan akan harapan sosial, melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.
c.       Perilaku amoral berarti perilaku yang lebih disebabkan ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada pelanggaran yang sengaja terhadap standar. Beberapa diantara perilaku anak kecil lebih bersifat amoral ari pada tak bermoral.
d.      Pada saat lahir, tidak ada anak yang memiliki hati nurani atau skala nilai. Akibatnya, tiap yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak seorang anakpun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri. Maka, tiap anak harus diajarkan standar kelompok tentang yang benar dan yang salah.

B.     APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN ISLAM?
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.
Pengertian Islam secara  harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar "selamat" (Salama).
Pengertian Islam menurut Al-Quran tercantum dalam sejumlah ayat, diantaranya ialah;
1.      Islam berasal dari kata "as-silmu " yang artinya damai 
“dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Anfal:61).
2.   Islam berasal dari kata "aslama " yang artinya menyerahkan diri (pasrah). 
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya” (QS. An-Nisa:125).
3. Islam berasal dari kata "istalma mustaslima " yang artinya penyerahan total kepada Allah.
”Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri” (QS. Ash-Shaffat:26 ).
4.  Islam berasal dari kata "saliimun salim " yang artinya bersih dan suci.
 “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (QS. Asy-Syu ' ara:89).
5.      Islam berasal dari kata "salamun " yang artinya selamat. 
“Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku” (QS. Maryam:47).
Pengertian Islam menurut Al-Quran tersebut sudah cukup mengandung pesan bahwa kaum Muslim hendaknya cinta damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT, bersih dan suci dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia-akhirat jika melaksanakan risalah Islam. Wallahu a’lam.

C.     PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hokum, moral adat istiadat, dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dan ada juga kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batil (akal budi) manusia kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasi kebudayaan.
Pendidikan budaya Islam merupakan suatu usaha dalam mengajarkan budaya kepada generasi Islam yang baru agar mereka mengetahui dan mencintai budaya Islam yang telah berkembang sejak dahulu. Budaya Islam yang harus dikembangkan atau diajarkan kepada anak didik sejak dari dini diantaranya ialah; 
1.      Ibadah.
2.      Kasidahan atau nasyid.
3.      Kaligrafi atau kerajinan tangan.
4.      Berpakaian Muslim.
5.      Makan dan minum yang halal.
6.      Selalu berdzikir dan berdo’a.
7.      Bertutur kata yang sopan dan bergaul dengan baik.
Sedangkan yang dimaksud dengan budaya Islam adalah istilah yang banyak digunakan dalam akademi sekuler untuk mendeskripsikan praktik budaya orang Islam. Karena agama Islam muncul pada abad ke-6 di Arab, bentuk awal budaya Muslim kebanyakan merupakan budaya Arab. Dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam, Muslim saling berhubungan dan berasimilasi dengan budaya Persia, Turki, Monggol, India, Melayu, berber, dan Indonesia.

D.    CARA PENERAPAN BUDAYA ISLAM KEPADA ANAK USIA DINI
Segala sesuatu dimulai dengan proses, demikian juga dalam hal mendidik anak. Berikut beberapa tahapan atau cara penerapan budaya Islam kepada anak usia dini. Upaya itu dapat kita sebut dengan membina dan mendidik anak, seperti;
1.      Membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah
Diantara yang perlu ditanamkan sejak dini dalam diri anak-anak adalah kesadaran untuk mengerjakan sholat wajib. Yang demikian ini disebutkan dalam firman Alloh SWT:
وَأْمُرْأَهْلَكَ بِالصَّلَاةِوَاصْطَبِرْعَلَيْهَا
“perintahkan keluargamu untuk mengerjakan sholat dan bersabar atasnya” (QS. Thoha:132). Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “ajarkan sholat pada anak anak disaat berumur 7 tahun” (HR. At-Tirmidzi). Selain itu pula hendaknya orang tua memotivasi anak-anak untuk mengerjakan ibadah yang lain agar ketika mereka mencapai usia balig, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
2.      Memberikan teladan yang baik
Teladan yang baik merupakan hal terpenting dalam keberhasilan mendidik anak.Telah diketahui bersama bahwa seorang anak itu suka meniru tingah laku orang tuanya.Bila orang tua memberikan teladan yang baik kepada anaknya niscaya anak tersebut menjadi pribadi yang baik.Begitu juga sebaliknya. Maka hendaknya orang tua memperhatikan dan tidak menyepelekan masalah ini, serta jangan pula apa yang dikerjakan bertentangan dengan apa yang dikatakan. Alloh berfirman yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. Amat besar kemurkaan disisi Alloh ta’ala bila kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash –Shof : 2-3)
3.      Menjauhkan mereka dari teman teman yang buruk
Hendaknya orang tua memberikan pengarahan kepada anak-anaknya agar  memilih teman-teman yang baik agama dan budi pekertinya. Juga selayaknya orang tua memberikan pengertian dan senantiasa mengingatkan mereka akan bahaya bergaul dengan orang-orang tak sholih.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam  bersabda yang artinya: “Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka bisa jadi dia akan memberimu hadiah atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau busuk” (HR Bukhari  dan Muslim)
4.      Membentengi diri mereka dari hal-hal yang merusak akhlak
Penyebab banyaknya penyimpangan yang dilakukan anak-anak baik dari segi aqidah maupun akhlak adalah apa yang mereka saksikan baik di media cetak maupun elektronik berupa gambar-gambar atau tayangan-tayangan yang merusak agama mereka. Solusinya adalah terus memantau aktivitas sehari-hari mereka, serta memberikan bimbingan akan dampak negatif dari kemajuan teknologi. Yang demikian ini bukan berarti melarang mereka untuk menggunakan sarana informasi dan komunikasi, hanya merupakan pengarahan agar teknologi bisa termanfaatkan dengan baik.
5.      Mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran Islam
Sudah sepantasnya bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada diri anak-anaknya, seperti pentingnya iman dan Islam, kecintaan pada Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam  (yang nantinya membuahkan ketaatan terhadap perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan), juga mengajarkan mereka adab-adab Islam sehari-hari,( seperti adab berpakaian, makan dan minum dsb), dzikir-dzikir dan doa-doa, cara bertutur kata, bergaul dengan baik terhadap orang yang lebih tua dan sesama, cinta akan kebersihan dan perilaku baik lainya.
6.      Bersikap adil
Yaitu bersikap kepada anak-anak, tidak membedakan antara satu anak dengan anak yang lainya dalam segala hal, baik dari sisi kasih sayang, perhatian, pengajaran, nafkah, hadiah dan lain sebagainya sehingga tidak terjadi kecemburuan diantara mereka. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَاتَّقُوااللَّهَ وَاعْدِلُوابَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
 “Bertaqwalah kalian kepada Alloh, dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian” (HR. Muslim).
7.      Mendo’akan kebaikan bagi mereka
Hendaknya orang tua menyadari bahwa hidayah berada di tangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Alloh memberikan hidayah  kepada siapa saja yang Ia kehendaki dengan rahmat dan karunia-Nya, sedang orang tua hanya bisa mengajarkan, mengarahkan, dan membimbing anak-anaknya. Oleh karena itu hendaknya memperbanyak berdoa untuk kebaikan mereka.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَاهَبْ لَنَامِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَاقُرَّةَأَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَالِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“mereka  berdoa: “ wahai Robb kami, berikanlah kami penyejuk hati dari istri-istri dan anak-anak kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al-Furqon: 74). Namun sebaliknnya, jauhilah dari mendo’akan kejelekan bagi mereka (seperti: mengutuk, membodoh-bodohi, melaknat dan yang semisalnya). Anak adalah amanah dari Alloh, dan kita diperintahkan agar bisa menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya.Semoga kita mampu menjaga dan menunaikan amanat yang diberikan kepada kita.
E.     PANDANGAN ISLAM TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Sungguh Alloh Subhanahu Wata’ala telah memberikan berbagai macam amanah dan tanggung jawab kepada manusia. Diantara amanah dan tanggung jawab terbesar yang Alloh Ta’ala bebankan kepada manusia, dalam hal ini orang tua (termasuk guru, pengajar ataupun pengasuh) adalah memberikan pendidikan yang benar terhadap anak. Yang demikian ini merupakan penerapan dari firman  Alloh Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
 “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka” (QS. At-Tahrim:6).
Sahabat yang mulia Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu  ‘anhu menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan: “Didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal kebaikan” (Tafsir Ath-Thobari, Al-Maktabah As-Syamilah). Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya menyelenggarakan pendidikan kepada anak usia dini, juntifikasi itu memberikan arti bahwa penyelenggaraan pendidikan pendidikan kepada anak usia dini adalah merupakan perintah yang didalamnya memiliki makna ibadah yang Agung. Inilah kesempurnaan sebuah ajaran, dimana Islam mengajarkan tentang pentingnya proses pembentukan generasi muslim dari sejak sedini mungkin untuk membangun pribadi-pribadi muslim yang kaffah (sempurna).
Beberapa landasan Hadist yang menerangkan betapa pentingnya mendidik anak sejak usia dini, dapat di renungkan hadist-hadist berikut ini:
قالَ رَسُولُ الله ِصَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ مَامِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّيُوْلَدُعَلَى الْفِطْرَةِفَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْيُمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى)
Artinya: “Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri), sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (H.R. Bukhori).
أَكْرِمُواأَوْلاَدَكُمْ،وَأَحْسِنُواأَدَبَهُمْ
Artinya : “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik.”
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا ( رواه البخارى)
Artinya : “ Paling baiknya kamu sekalian adalah dari budi pekertinya. “ (H.R. Bukhori)
 ‘Amru bin ‘Atabah pernah memberikan pegangan kepada para pengasuh anaknya dengan berkata:
لِيَكُنْ أَوَّلُ إِصْلاَحِكَ لِوَلِدَى إِصْلاَحَكَ لِنَفْسِكَ فَإِنَّ عُيُوْنَهُمْ مَعْقُوْدَةٌبِعَيْنِكَ,فَاالْحَسَنُ عِنْدَهُمْ مَاصَنَعْتَ وَالْقَبِيْحُ عِنْدَهُمْ مَاتَرَكْتَ
Artinya : “ Hendaklah tuntunan perbaikan yang pertama bagi anak-anakku, dimulai dari perbaikan anda terhadap diri anda sendiri. Karena mata dan perhatian mereka selalu terikat kepada anda.Mereka menganggap baik segala yang anda kerjakan, dan mereka menganggap jelek segala yang anda jauhi.”
Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi orang tua untuk memperhatikan masalah pendidikan anaknya dengan sebaiknya-baiknya.

MAKALAH ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI: ELSA HARIANI F, S.Pd.Aud Jilid 1


Contoh Makalah ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI Jilid 1

 

ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM

PADA ANAK USIA DINI

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanau Wata’ala, yang selalu memberikan hidayah dan inayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar, dengan judul “ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI”.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala keterbatasan yang ada ini, penulis, sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dan inovatif dari berbagai pihak demi perbaikan dimasa yang akan datang. Atas segala saran dan bantuan dari berbagai pihak, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal sehingga kita selalu berada dalam keadaan yang diridhoi-Nya, Amin.
Penulis berharap makalah ini dapat  bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang merasa dapat manfaatnya, khususnya para pendidik anak usia dini.
                                                                                     Pontianak,     November 2014

                                                                                                       Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar ……………………………………………………………………. i
Daftar Isi ……………………………………………………………………. ii
A.     BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1
2.      Rumusan Masalah …………………………………………………… 2
3.      Tujuan Penulisan …………………………………………………… 2
4.      Manfaat Penulisan …………………………………………………… 2

B.     BAB II PEMBAHASAN
1.      Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini ………………………….. 4
2.      Apakah Yang Dimaksud Dengan Islam? …………………………6
3.      Pendidikan Budaya Islam …………………………………6
4.      Cara Penerapan Budaya Islam Kepada Anak Usia Dini …..7
5.      Pandangan Islam Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini …… 7

C.     BAB III PENUTUP
1.      Kesimpulan ………………………………. 8
2.      Saran ………………………. 8
DAFTAR PUSTAKA ………………………. 9

BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Sebuah hadits Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam jika kita artikan bahwa seorang anak yang lahir ke dunia ini seperti kertas putih. Anak tersebut akan menjadi anak orang Majusi atau orang Yahudi, tergantung oleh pendidikan yang diperoleh dari kedua orang tuanya. Selain dari didikan kedua orang tuanya, peran lingkungan juga sangat mempengaruhi. Pendidikan bagi seorang anak itu dibagi tiga bagian, yaitu pendidikan informal, formal, dan non formal. Pendidikan untuk anak usia dini juga sangat penting dalam pembentukan karakter pada anak.
Menurut Agama Islam pendidikan anak dimulai sejak anak dalam kandungan ibunya. Contohnya seorang ibu disarankan banyak membaca ayat suci Al-Qur’an,  dan dinasehatkan banyak berbuat kebajikan. Pada waktu ibu mengandung dianjurkan bayi yang masih dalam kandungan di dengarkan lagu-lagu yang Islami, hal itu akan mempengaruhi karakter anak jika kelak ia dewasa nanti itu merupakan bukti,  bayi dalam kandungan terdidik dengan baik. Rasululloh SAW juga telah berpesan “Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya karena kelak akan hidup pada zaman yang berbeda dengan dirimu“. Begitu juga dengan Umar bin Khattab "Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup di generasinya, bukan pada zaman di mana engkau dididik" (Umar Ibn Khotob).
Pada saat  lahir, oleh ayahnya dikumandangkan suara adzan suara ini adalah suara pertama  kali yang  dia dengar dan diharapkan kelak dia dewasa anak tergerak jika mendengar adzan dan melaksanakan sholat. Pada usia dini merupakan masa-masa Golden Age, pada masa golden age berumur 0-6 tahun pada masa ini otak anak berkembang 80%. Pada masa ini pula anak-anak mudah dibentuk oleh karena itu Anak perlu dibimbing dengan cara yang baik dan sesuai dengan usianya, agar nantinya dia menjadi anak yang unggul dalam agama maupun intelektualnya.  
Oleh Karena itu peran pendidik dan orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Orang tua dan pendidik harus melihat potensi anak yang dimilikinya dan orang tua maupun pendidik harus membantu mengembangkan potensi yang dia miliki, dan jangan sampai orang tua memaksa kehendak pada anaknya.

B.     Rumusan Masalah
  1. Apakah hakikat pendidikan anak usia dini?
  2. Apakah yang dimaksud dengan Islam?
  3. Apakah pendidikan budaya Islam?
  4. Bagaimanakah cara penerapan budaya Islam kepada anak usia dini?
  5. Bagaimana pandangan Islam terhadap pendidikan anak usia dini?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan pengertian  PAUD
2.      Mampu menjelaskan hakikat pendidikan anak usia dini dan Islam,  pendidikan budaya Islam, cara penerapan budaya Islam kepada anak usia dini, dan pandangan Islam tentang anak usia dini.

D.    Manfaat Penulisan
Dengan mempelajari materi pendidikan anak usia dini dan pandangan Islam tentang anak, kita jadi mengetahui banyak hal mengenai pendidikan anak usia dini dan pandangan Islam tentang anak, selain itu manfaat yang diperoleh yaitu kita dapat mengetahui perkembangan anak usia dini dan kita dapat memberikan stimulus-stimulus yang tepat pada anak usia dini.

Senin, 10 November 2014

MAKALAH KURIKULUM PAUD


MAKALAH KURIKULUM PAUD

KURIKULUM PAUD

       I.            PENDAHULUAN
Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui secara sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Menurut  UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisidiknas menyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan usia dini adalah:
“Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Sejak saat itulah, perkembangan pendidikan Anak Usia Dini tumbuh dengan pesat, baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan pendidikannya. Pendidikan usia dini tidak hanya terbatas pada Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai pendidikan prasekolah formal, tetapi mencakup kegiatan lainnya, seperi Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak, PAUD Sejenis dan lainnya. Kesadaran masyarakat untuk memberikan pendidikan di usia dini mulai meningkat walaupun belum mencapai apa yang diharapkan.
Hal itu dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan TK dan SD, yang mengungkapkan bahwa pada tahun 2007 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD/TK  baru mencapai 26,68% dan sebagian besar pendidikan anak usia dini (PAUD) diselenggarakan oleh masyarakat (Swasta) yakni sekitar 98,7%. Hal itu menyiratkan bahwa terdapat masalah-masalah yang harus dikaji lebih jauh di antaranya masih lemahnya peran pemerintah dalam mengembangkan PAUD serta maih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan di usia dini.
Selain itu, “ekspektasi” masyarakat yang terlalu tinggi terhadap aspek kemampuan kognitif anak menyebabkan arah pengembangan pendidikan anak usia dini dewasa ini dianggap masih kurang tepat.  PAUD pada hakekatnya adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan seluruh potensi anak baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan cara-cara yang sesuai dengan masa perkembangannya, di antaranya belajar sambil bermain.
Oleh karena itu, upaya memberikan pemahaman yang tepat kepada masyarakat tentang komponen-komponen pendidikan anak usia dini perlu dilakukan. Komponen PAUD antara lain meliputi prinsip-prinsip dasar PAUD, kurikulum, proses pembelajaran dan evaluasi. Kajian terhadap komponen-komponen PAUD perlu dilakukan untuk lebih memahami hakekat PAUD itu sendiri, sehingga bagi pendidik anak usia dini proses pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan kaidah-kaidah pendidikan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menilai pembahasan terhadap kurikulum PAUD perlu dilakukan baik melalui kajian kepustakaan maupun pengalaman penulis dalam mengelola program PAUD. [1]

Senin, 03 November 2014

Skenario Drama Pentas Seni Bahasa ”Perilaku Menyimpang”


Skenario Drama Pentas Seni Bahasa ”Perilaku Menyimpang”
ustaz                   :         ” pemirsa, apa yang akan anda saksikan ini adalah sebuah drama fiktif dan rekayasa belaka, jika ada  tempat dan nama yang sama, baik yang masih hidup ataupun yang sudah tiada, itu hanya kebetulan belaka, drama ini kami beri judul ” durhaka ” semoga drama ini membawa manfaat kepada kita semua,,,”
” pemirsa.... mari kita saksikan bersama – sama,,,, ”

malaikat              :         “ suci…, apa yang telah engkau lakukan… ?”
                                    ” apa yang telah engkau perbuat, suci ... !?”
                                    ” lihatlah diri mu,,, ! terombang – ambing bagaikan kiambang,, ke hulu,,, ke hilir,,, mengikut arus air... “
                                    ” suci,,, mengapa kau durhaka kepada ibu mu... !?”
                                    ” ingat, suci,,,!” 
                                    ” surga di bawah telapak kaki ibu... ”
                                    ” ingat...suci...!”
” neraka.... neraka... neraka... ”
( suara bergema dengan lesapnya malaikat ) 

ustaz                   :         “ saudara ku,,, apa yang kalian lihat ini adalah ketentuan dari allah. apabila allah menghendaki segala sesuatu yang akan terjadi, cukuplah ia berkata   ” kun payakun, jadilah ,,,, maka terjadi ,,,”
                                    ” tahukah kalian.... tiada keramat yang paling ampuh di dunia, melainkan restu ibu,,,!? maka janganlah kalian durhaka kepada ibu mu, jangan sampai kita durhaka kepada kedua orang tua kita,,, karena sesungguhnya surga di bawah telapak kaki ibu,,, ”

                                    sebagaimana firman allah dalam q.s. al – isro’ : 23 & 24, yang berbunyi : ” auzu... bis... wa qodo robbuka al-la ta’buduu il-la iy-yahu wabil-walidayni ikhsan, imma yab-lurun-na ’indakal kibaro a-hadu humaa aw-kilahuma fala takul-lahuma ufiw wala tanhar huma waqul-lahuma qowlan kariman (٢٣ (  
wahfiz lahuma zanahaj-jul-li minar-rohmati waqul-    rob-bir hamhuma kama rob-bayani shoriro (٢٣  )