Jumat, 26 Mei 2017

"Iskandar" Orang-orang teristimewa di mata TUHAN (ALLAH) di mana Insan berhati EMAS

Namanya Iskandar, ia lahir di Mensere, 5 Januari 1974. Ibunya bernama Jaininah dan bapaknya bernama Pawadi (alm). Alhmdulilah ia beragama Islam dengan alamat di Mensere Rt. 10 dan Rw. 05 Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas.


Iskandar adalah seorang laki-laki tulen dan sejati, namun hingga saat ini ia masih belum menemukan jodohnya. “Mungkin jodohnya telah mati atau belum lahir” ucapnya jika ditanya tentang soal pendamping hidup. Pendidikan yang ditempuhnya hanyalah Sekolah Dasar Negeri di Mensere Kecamatan Tebas. Pekerjaannya saat ini adalah memjahit, karena kemahirannya dibidang menjahit.

Kemahiran menjahit yang didapatnya itu dari pelatihan di Cengkareng Jakarta Barat lewat LBK (Loka Bina Karya) Bekut Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas pada tahun 2003, yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sambas dan Pusat. Kegiatan pelatihan saat itu diketuai oleh Bapak Slamet dari Dinas Sosial Kabupaten Sambas. Iskandar menekuni menjahitnya pada tahun 1993. 
Jenis cacat yang diderita oleh Iskandar ini adalah pada bagian kaki, ia mendapat cacat diusia 3 tahun terkena demam panas atau polio. Ketika terkena demam panas atau polio Iskandar tidak dibawa ke rumah sakit atau ke puskesmas, karena mereka tidak mempunyai biaya, akhirnya mereka memutuskan berobat ke dukun atau paranormal di kampungnya serta di desa tetangga. Jika ia ingin ke sana dan ke mari melayani pelanggannya (maaf) hanya dengan ngesot atau dengan merangkak, karena kakinya kecil dan tidak bisa berdiri, begitu juga dengan kegiatannya di rumah. Apabila berjalan ke sana atau ke mari semuanya dengan merangkak. Hanya tangannyalah yang diberinya alas (sendal atau sepatu). Dengan melihat keadaan seperti itu, apakah tidak terketuk hati kita untuk membantu mereka?    

Saat ini Iskandar membuka kios jahit yang bernama “Bank The Mu” di pinggir jalan raya Mensere dengan semi permanen 2 x 3, rencananya kios itu akan diperbesarnya. Namun pada saat ini ia tidak mempunyai uang yang banyak. Sedangkan untuk membuat kios dengan ukuran 2 x 3 semi permanen saja ia menabung sedikit demi sedikit dan bertahun-tahun, serta juga mendapatkan bantuan alakadarnya dari Bapak Slamet yang berhati “emas”.
Pada kios jahitnya masih kekurangan beberapa mesin, diantaranya mesin obras, mesin neci, mesin bordir, mesin jahit modern listrik, dan kursi roda buat dirinya. Karena kursi roda miliknya sudah lama sekali rusak itupun bantuan dari Dinas Sosial Pusat pada tahun 2003 waktu ia ke Cingkareng.

Apa yang dilakukan Iskandar selama ini adalah untuk meneruskan kehidupan yang lebih baik, serta untuk menghidupi dirinya serta ibunda tercintanya. Iskandar berusaha dengan giat untuk terus mengais rezeki sedikit-demi sedikit. Dengan hasil tabungannya, ia sisihkan untuk membesarkan kiosnya dengan ukuran 7 x 5 meter.

  Iskandar (Bang De) berharap agar kehidupannya dikemudian hari akan lebih baik dari sekarang ini, kios kecil akan menjadi kios atau toko yang besar dan ia bisa menjadi BOS dengan mempunyai beberapa karyawan. Karena di kiosnya ini banyak sekali orang-orang yang menjahit serta memotong serta mempermak pakaian dan kursus. Iskandar juga berharap ada orang-orang yang berhati emas untuk membantunya keluar dari keadaan yang dialaminya. Iskandar juga berharap kepada pemerintah, baik Pemerintah Daerah (Pemda) atau Pemerintah Pusat untuk memperhatikan nasibnya dan teman-temannya, agar pemerintah dapat memberikan bantuan kepada mereka untuk mengembangkan usaha yang telah mereka rintis dengan titik peluh mereka sendiri. Hanya keringat darah dan tetes air mata darah saja, yang belum mereka teteskan ke muka bumi ini. 

Dengan ini, saya berbagi kepada pemirsa online yang berhati emas untuk meringankan beban Iskandar untuk membantunya apa saja yang penting bisa digunakan.

Jika Bapak/Ibu, Saudara (i), yang ingin menyumbangkan sedikit hartanya, dukung saya, bantu saya untuk membantu mereka. Saya akan menyalurkannnya harta Bapak/Ibu, Saudara (i) kepada yang membutuhkannya.

Bapak/Ibu, Saudara (i), boleh percaya boleh juga tidak, ini dunia maya,,, banyak sekali penipuan lewat online (internet). Akan tetapi saya siap mempertanggung jawabkannya di hadapan Tuhan (Allah Subhanahu Wata’ala) dan kepada Bapak/Ibu sekalian.

Kini saya mengetuk hati Bapak/Ibu, Saudara (i) sekalian, tolong kirimkan uang seikhlas dan seadanya kepada saya dengan No Rekening 3478-01-027191-53-3 atas nama Sugianto, BRI Unit Singkawang Kota. Dan jika anda ingin melihat anggota berikutnyanya bisa mengakses di “Orang-orang teristimewa di mata TUHAN (ALLAH) di mana Insan berhati EMAS: Anto, Hasan DK, Indah, dan Nur Samsi”

Andaikan kita tahu, bahwa susungguhnya orang-orang cacat (disebilitas) itu mulia di hadapan Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS. Abasa: 1-16. Manusia dipandang oleh Allah hanyalah iman dan taqwanya.

Ingat Bapak/Ibu, Saudara (i) sekalian, sekali lagi tolong kirimkan uang seikhlas dan seadanya ke No Rekening 3478-01-027191-53-3 atas nama Sugianto, BRI Unit Singkawang Kota. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada saya, saya hanya dapat mendo’akan semoga amal ibadah Bapak/Ibu, Saudara (i) sekalian diterima dan dibalas oleh Tuhan (Allah SWT) sesuai dengan apa yang telah dikeluarkan.

Dan jika para pemirsa sudah mentranfer uang atau apa saja ke alamat saya, maka tolonglah diinfokan kepada saya. Terima kasih...



Rabu, 17 Mei 2017

"Hasan Dei Ka" Tuhan ada di mana-mana Sedekah harta

Hasan DK bersama istri dan anaknya No 2
 Namanya Hasan Dei Ka, anak dari bapak Herlan Tauran dan ibu Rusina Sadol. Hasan DK adalah anak tertuadari 5 bersaudara. Nama Hasan DK paling dikenal oleh teman-temannya dengan nama Along DK. Hasan DK juga salah satu anggota PPCI Kabupaten Sambas yang baru diresmikan pada tanggal 14 April 2012 di Aula Bupati Sambas oleh pengurus PPCI provinsi. Tempat tanggal lahir Hasan DK di Sempadian, 19 Desember 1976, ia seorang laki-laki tulen dan sejati, dan beragama Islam, pendidikannya hanya SMA, yaitu SMA Negeri 1 Tebas. Pekerjaannya saat ini adalah membetulkan televisi, atau hp orang-orang yang rusak, karena kemahirannya dibidang elektronik.


Kemahiran elektronik yang didapatnya itu dari pelatihan di LBK (Loka Bina Karya) Bekut Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas pada tahun 2003, yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial. Kegiatan pelatihan saat itu diketuai oleh bapak Slamet dari Dinas Sosial kabupaten Sambas.
kaki Hasan DK yang cacat sejak usia 3 tahun
Saat ini Hasan DK sudah berumah tangga dengan mempunyai dua orang anak dan satu istri yang cantik. Anak yang sulung adalah perempuan berusia 10 tahun bernama Lastri dan duduk dibangku sekolah kelas 3 di SD Negeri 2 Tebas, sedangkan anak yang keduanya juga perempuan baru 3 tahun, bernama Herti yang selalu menemaninya di bengkel atau kios. Istrinya bernama Asmiati, ia berasal dari Kecamatan Selakau Desa Parit Baru.

Menurut Hasan DK, untuk mendapatkan istrinya itu ia mengalami hinaan dan cacian serta cemoohan dari pihak keluarganya, dari pihak keluarga perempuan, dan dari masyarakat disekelilingnya. Menurut mereka apakah mampu seorang “cacat” untuk memberi anak orang makan? Dan apakah istrinya tidak malu, punya suami yang “cacat”? Bagaimana dengan nasib anak-anaknya, apakah akan “cacat” juga?

Semua itu, adalah sebagian kecil dari cemoohan orang-orang disekelilingnya. Padahal yang memberi rezki adalah Tuhan, bukan mereka.

Untuk menghidupi istri dan anak-anaknya itulah ia berusaha dengan giat untuk terus mengais rezeki sedikit-demi sedikit. Dengan hasil tabungannya, ia sisihkan untuk menyewa kios kecil di pasar Tebas dengan tekad memberanikan diri. Hasan DK ini mengalami cacat pada kakinya setelah usia tiga tahun. Penyebab dari sakitnya adalah demam panas atau polio. Pada waktu itu, tidak pernah dilakukan pengobatan secara medis, yang dilakukan oleh orang tuanya hanyalah berobat ke dukun atau orang pintar di berbagai desa.

  Hasan DK berharap agar kehidupannya dikemudian hari akan lebih baik dari sekarang ini, kios kecil akan menjadi toko yang besar dan menjadi miliknya (tidak nyewa lagi). Hasan DK juga berharap ada orang-orang yang berhati emas untuk membantunya keluar dari keadaan yang dialaminya. Hasan DK juga berharap kepada pemerintah, baik di daerah (Pemda) atau pemrintah pusat untuk memperhatikan nasibnya dan teman-temannya, agar pemerintah dapat memberikan bantuan kepada mereka untuk mengembangkan usaha yang telah mereka rintis dengan titik peluh mereka sendiri. Hanya keringat darah dan tetes air mata darah saja, yang belum mereka teteskan ke muka bumi ini. 

Dengan ini, saya berbagi kepada pemirsa online yang berhati emas untuk meringankan beban Hasan DK untuk membantunya apa saja yang penting bisa digunakan.

Jika Bapak/Ibu, Saudara (i), yang ingin menyumbangkan sedikit hartanya, dukung saya, bantu saya untuk membantu mereka. Saya akan menyalurkannnya harta Bapak/Ibu, Saudara (i) kepada yang membutuhkannya.

Bapak/Ibu, Saudara (i), boleh percaya boleh juga tidak, ini dunia maya,,, banyak sekali penipuan lewat online (internet). Akan tetapi saya siap mempertanggung jawabkannya di hadapan Tuhan (Allah Subhanahu Wata’ala) dan kepada Bapak/Ibu sekalian.

Kini saya mengetuk hati Bapak/Ibu, Saudara (i) sekalian, tolong kirimkan uang seikhlas dan seadanya kepada saya dengan No Rekening 3478-01-027191-53-3 atas nama Sugianto, BRI Unit Singkawang Kota. Dan jika anda ingin melihat anggota berikutnyanya bisa mengakses di “Orang-orang teristimewa di mata TUHAN (ALLAH) di mana Insan berhati EMAS: Indah”

Andaikan kita tahu, bahwa susungguhnya orang-orang cacat (disebilitas) itu mulia di hadapan Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS. Abasa: 1-16. manusia dipandang oleh Allah hanyalah iman dan taqwanya.

Ingat Bapak/Ibu, Saudara (i) sekalian, sekali lagi tolong kirimkan uang seikhlas dan seadanya ke No Rekening 3478-01-027191-53-3 atas nama Sugianto, BRI Unit Singkawang Kota. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada saya, saya hanya dapat mendo’akan semoga amal ibadah Bapak/Ibu, Saudara (i) sekalian diterima dan dibalas oleh Tuhan (Allah SWT) sesuai dengan apa yang telah dikeluarkan.

Disiplin yang Membawa Sukses


Anto dilahirkan di suatu desa yang agak jauh dari pusat kota kecamatan. Di suatu desa yang jauh dari keramaian. Anto mempunyai empat saudara, mereka semuanya adalah perempuan. Anto anak yang pertama, yang kedua bernama Susan, yang ketiga bernama Elisa, adiknya yang keempat bernama Norlia, dan yang kelima adalah Norma. 

fhoto sebelum sarjana
Kehidupan ekonomi keluarga anto tidak berkecukupan. Ibarat kata pepatah “seperti menarik kain yang pendek”. Orang tua mereka bekerja sebagai petani atau penjaga kebun jeruk  orang Cina. Meskipun keluarga Anto tidak berkecukupan, namun Anto punya cita-cita yang tinggi. Anto punya cita-cita ingin menjadi seorang sarjana atau menjadi guru. Karena pada waktu itu, Anto mengagumi sosok seorang guru agama Islam yaitu Bapak Effendi. Bapak Effendi adalah guru agama Islam waktu Anto kelas satu sekolah dasar. 
Kehidupan keluarga Anto selalu menerapkan disiplin. Bapak Anto dan ibunya selalu berpesan kepada Anto agar selalu disiplin. Bapak Anto bernama Sapari, sedangkan ibunya bernama Juraida. Sikap disiplin yang Anto lakukan di rumah adalah Anto selalu bangun pagi. Ia bangun pukul lima, jika Anto tidak bangun, maka ibunya akan membasuh muka Anto (dipungassek) dengan air begitu juga dengan adik-adik Anto. Setelah bangun pagi, Anto terus mandi, makan dan pergi sekolah. Rumah Anto dengan sekolah kurang lebih 1,5 km. Ia pergi sekolah dengan berjalan kaki. 
Sepulang sekolah, Anto makan siang dan istirahat (tidur siang). Pada sore hari Anto membantu ibunya dikebun, dan kadang-kadang ke sawah. Ketika matahari mulai condong ke arah barat dan ingin tenggelam, Anto bergegas pulang ke rumah untuk mandi dan sholat asar serta sholat magrib yang akan menjelang. Biasanya Anto juga membantu orang tuanya di rumah dengan menyapu atau mengepel lantai. 
Pada malam harinya, setelah selesai makan dan sholat isya, Anto belajar ngaji dengan ibunya. Setelah ngaji, baru Anto belajar dan mengerjakan PR. Anto belajar kurang lebih 60 menit. Begitulah setiap harinya kegiatan Anto, bangun pagi, mandi, ke sekolah, membantu orang tua, ibadah, belajar, dan lain sebagainya. Kegiatan disiplin tersebut terus Anto lakukan hingga usianya SMP, dan SMA. Di usia Anto SMP atau remaja, ia sudah membuat jadwal tersendiri. Misalnya, jam berapa ia harus bangun, jam berapa ia harus makan, jam berapa ia harus berangkat ke sekolah, jam berapa ia harus mengerjakan PR, jam berapa ia harus main, dan lain-lainnya. Karena jadwal Anto main dengan teman-temannya hanya sedikit, karena Anto harus menjaga (ngasoh)adik-adiknya yang masih kecil. Sedangkan kedua orang tuanya bekerja di sawah atau di kebun Cina. 
Kebiasaan disiplin tersebut Anto lakukan hingga ia duduk di bangku kuliah. Sejak Anto SMP hingga ia kuliah, semua kegiatan Anto sudah terjadwal dengan rapi. Mulai dari ia bangun, tidur, bangun, (bangun tengah malam sholat tahajut dan witir), tidur, dan bangun lagi. Mulai dari pukul 04.45 wiba hingga pukul 04.45 wiba (berarti 24 jam). Dulu Anto pernah kuliah pada salah satu Perguruan Tinggi di Kota Singkawang, yaitu STIT Syarif Abdurrahman Singkawang. Berkat Ridho dari Allah SWT, berkat kerja keras, dan dorongan dari orang tua, serta do’a, usaha, ikhtiar, dan tawakal (duit), kini Anto sudah mendapatkan cita-citanya yaitu menjadi seorang Sarjana. Sedangkan gelar yang didapatnya, yaitu S.Pd.I (Sarjana Pendidikan Agama Islam), dan ia juga bekerja di salah satu CV yang ada di Kota Singkawang, yaitu CV. Hikmah yang melayani semua keperluan atau kebutuhan sekolah, baik SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA di Kalimantan Barat. Serta menjadi Guru di SMA Negeri 10 Kota Singkawang.      
 
Contoh kegiatan atau jadwal Anto ketika kuliah:

Jadwal Kegiatan Harian Anto
Tahun 2008-2009
No
Jam
Kegiatan
Keterangan
1.
04.45-05.00
Bangun, mandi dan sholat subuh

2.
05.00-06.30
Bersih-bersih

3.
06.30-06.45
Persiapan pergi ke sekolah

4.
06.45-07.00
Berangkat ke sekolah

5.
07.00-13.30
Di sekolah ( SMA N 10 SKW )
Ngajar (PPL)
6.
13.30-14.00
Pulang dari sekolah

7.
14.00-14.30
Makan dan mandi siang

8.
14.30-14.45
Pergi ke kampus

9.
14.45-17.30
Di kampus

10.
17.30-17.45
Pulang dari kampus

11.
17.45-18.00
Mandi

12.
18.00-18.15
Sholat magrib

13.
18.15-18.30
Ngaji

14.
18.30-18.45
Makan

15.
18.45-19.00
Persiapan sholat isya

16.
19.00-19.15
Sholat isya

17.
19.15-20.30
Ngerjakan tugas kuliah / sekolah

18.
20.30-02.00
Tidur

19.
02.00-02.30
Sholat tahajud, witir (sahur)
puasa Senin / Kamis
20.
02.30-04.45
Tidur



                                                                                               Singkawang, 25 September 2008


                                                                                                                       A N T O

"Anto" manfaat infak dan sedaqah serta pahalanya di mata Allah



dilihat dari depan

Namanya Anto, dia adalah salah satu anggota PPCI Kabupaten Sambas yang baru diresmikan pada tanggal 14 April 2012 di Aula Bupati Sambas. Tempat tanggal lahirnya di Sekadim, 29 April 1977, ia berjenis kelamin laki-laki, alhamdulillah Agamanya Islam, pendidikannya S1 (agama) di STIT S.A Singkawang 29 April 2012, pekerjaan jualan buku dari sekolah ke sekolah, status masih lajang. Jenis cacat patah tulang belakang (bongkok) didapatnya saat usianya 9 tahun masih kelas 3 sekolah dasar. Ia dipukul oleh keluarganya sendiri (sepupu)nya yang berusia 15 tahun. Karena waktu itu mereka main WWF.

Bapak Anto bernama Sapari dan ibunya bernama Juraida. Orang tuanya adalah petani. Keseharian Anto saat ini adalah pedagang (jualan buku) ke sekolah-sekolah untuk membiayai kuliahnya ditahun yang lalu. Sebenarnya ia ingin melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi yaitu S2 atau S3, ia punya cita-cita sangat tinggi mengalahkan tingginya langit, “orang miskin mengalahkan tingginya cakrawalat”.

Sejal ia mengalami cacat dari usia 9 tahun hingga saat ini, ia selalu dihina dan ditertawakan oleh anak-anak, remaja, cewek-cewek, dan bahkan dia dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Namun baginya semua itu dianggapnya angin lalu. Tapi kadang-kadang menurut Anto, ia sedih juga bila diperlakukan seperti itu.

Pihak keluarga juga malu punya anak, punya abang yang cacat. Kedua orang tuanya seolah-olah tidak ikhlas, tidak terima dengan kecacatan anaknya. Begitu juga dengan adiknya, menurut Anto mereka malu punya abang yang cacat.
dilihat dari belakang
Andaikan kita tahu, apa yang terjadi kepada kita, kepada saudara kita, baik itu miskin, kaya, cacat, ganteng, cantik, kita tidak pernah memintanya kepada Tuhan sewaktu kita di dalam kandungan.begitulah keadaan tubuh Anto, memiliki cacat tubuh sejak usia 9 tahun, gara-gara tidak mendengar nasehat orang tua.

Bagaimana kronologis kejadiannya? Pada tahun 1985 kehidupan keluarga Anto sangat miskin, bapak dan ibunya buruh tani. Pagi dan sore orang tua Anto selalu di sawah mengambil upah agar bisa membeli beras dan lain-lainnya buat makan dan kebutuhan sehari-hari. Adik-adik Anto ramai, semuanya ada 4 orang perempuan yang masih kecil-kecil, jadi setiap harinya kerja Ando menjaga adik-adiknya. Sehingga waktu main bersama temannya tidak ada. Karena pagi dan sore ia selalu menjaga adik-adiknya, jadi kesempatan untuk main hanyalah diwaktu siang hari ketika orang tuanya kagi istirahat.

Jum’at itu, hari sial bagi Anto. Ia main di sekolahnya yang angker tempat hantu-hantu bermain. Kedua orang tuanya sudah melarang Anto agar jangan main disekolah, karena ini hari Jum’at, Anto tidak memperdulikan perkataan kedua orang tuanya. Meskipun waktu itu, pintu sudah dikunci oleh ibunya. Anto terjun dari jendela, dengan bergegas ia menemui teman-temannya di sekolah untuk main wws. Singkat cerita ketika ajan Jum’at anto mendapat kecelakaan, ia dipukul oleh temannya sekaligus sepupunya, dan patahlah tulang belakangnya (dua rusuknya terlepas) hingga sekarang.     

Semua orang sibuk dengan kariernya, sedangkan ia sibuk dengan kencengnya untuk membantu ibu dan bapaknya dalam menambah ekonomi keluarga. Sekarang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari ibunya jualan kue dengan menumpangkannya di toko-toko.

Dengan ini, saya berbagi kepada pemirsa online yang berhati emas untuk meringankan beban Anto atau untuk memberinya pekerjaan yang lebih layak sesuai dengan ilmu yang didapatnya atau memberikan bea siswa untuk kelanjutan kuliahnya ke S2 di Jakarta atau di Malang.

Jika Bapak/Ibu, Saudara (i), yang ingin menyumbangkan sedikit hartanya, dukung saya, bantu saya untuk membantu mereka. Saya akan menyalurkannnya harta Bapak/Ibu, Saudara (i) kepada yang membutuhkannya.

Bapak/Ibu, Saudara (i), boleh percaya boleh juga tidak, ini dunia maya,,, banyak sekali penipuan lewat online (internet). Akan tetapi saya siap mempertanggung jawabkannya di hadapan Tuhan (Allah Subhanahu Wata’ala) dan kepada Bapak/Ibu sekalian.

Kini saya mengetuk hati Bapak/Ibu, Saudara (i) sekalian, tolong kirimkan uang seikhlas dan seadanya kepada saya dengan No Rekening 3478-01-027191-53-3 atas nama Sugianto, BRI Unit Singkawang Kota. Dan jika anda ingin melihat anggota berikutnyanya bisa mengakses di “Orang-orang teristimewa di mata TUHAN (ALLAH) di mana Insan berhati EMAS: Hasan DK”

Andaikan kita tahu, bahwa susungguhnya orang-orang cacat (disebilitas) itu mulia di hadapan Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS. Abasa: 1-16. manusia dipandang oleh Allah hanyalah iman dan taqwanya.

Ingat Bapak/Ibu, Saudara (i) sekalian, sekali lagi tolong kirimkan uang seikhlas dan seadanya ke No Rekening 3478-01-027191-53-3 atas nama Sugianto, BRI Unit Singkawang Kota.

Rabu, 29 Juni 2016

Contoh Cap Pondok Belajar



Pondok adalah tempat perlindungan kecil dan sederhana, biasanya untuk tempat tinggal. Rancangan bangunan ini disesuaikan dengan teknik dan material yang ada di sekitar sehingga pembangunannya cepat dan tidak memakan biaya besar.





Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Jadi pondok belajar adalah tempat perlindungan kecil dan sederhana untuk belajar dan menimba ilmu agar terjadi perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.