Sabtu, 06 Desember 2014

PROSES PEMBENTUKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI: ELSA HARIANI FIRNIAWATY



PROSES PEMBENTUKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanau Wata’ala, yang selalu memberikan hidayah dan inayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar, dengan judul “PROSES PEMBENTUKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI”.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala keterbatasan yang ada ini, penulis, sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dan inovatif dari berbagai pihak demi perbaikan dimasa yang akan datang. Atas segala saran dan bantuan dari berbagai pihak, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal sehingga kita selalu berada dalam keadaan yang diridhoi-Nya, Amin.
Penulis berharap makalah ini dapat  bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang merasa dapat manfaatnya, khususnya para pendidik anak usia dini.

                                                                                     Pontianak,     Desember 2014


                                                                                                      Penulis
i

Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………………………………….    i
Daftar Isi …………………………………………………………………..    ii
A.    BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah …………………………………………..    1
2.      Rumusan Masalah …………………………………………………    1
3.      Tujuan Penulisan ………………………………………………….     1

B.     BAB II PROSES PEMBENTUKAN KETERAMPILAN
SOSIAL ANAK USIA DINI

1.                                                                                                                                                                                                                                    Proses Pembentukan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini                                                                                 2 
2.                                                                                                                                                                                                                                    Macam Keterampilan Sosial Anak Usia Dini                                                                                                     3
3.                                                                                                                                                                                                                                    Konsep Pembentukan Karakter Sosial Usia Dini                                                                                          4
4.                                                                                                                                                                                                                                    Prosedur Pembentukan Keterapilan Sosial Anak Usia Dini                                                                                 4
5.                                                                                                                                                                                                                                    Tahapan Pembentukan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini                                                          5

C.     BAB III PENUTUP
1.      Kesimpulan ………………………………………………………      7
2.      Saran …………………………………………………………….       7
DAFTAR PUSTAKA ………………………. ……………………….    8

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Undang-undang Sisdiknas No. 20/2003 menyatakan bahwa Pendidikan AUD merupakan proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga 6 tahun secara menyeluruh pada aspek fisik-intelektual (kognitif dan bahasa), emosi serta sosial moral, agar dapat berkembang secara optimal. Kehidupan manusia tidak mungkin bersih dari perbedaan dengan orang lain, baik antar individu maupun antar kelompok sosial. Modal anak untuk mengatasi perbedaan individu ini adalah keterampilan sosial. Keterampilan sosial merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki sejak dini agar individu tersebut mampu menghadapi problema hidup dalam kaitannya sebagai makhluk sosial yang selalu terus-menerus berinteraksi.
Keterampilan sosial ini tidaklah terbentuk secara tiba-tiba, namun merupakan imitasi dan pembiasaan dari lingkungan terdekat anak. Keterampilan sosial perlu dibiasakan sejak dini karena anak akan membawa kebiasaannya tersebut hingga dewasa.

B.     Rumusan Masalah
Anak tumbuh dan berkembang bersama lingkungan yang ada. Segala yang dia lihat,dia dengar dan dia rasakan, ingin ditiru dan diulang. Semua yang ada sangat mempengaruhi proses pembentukan keterampilan sosial anak tersebut. Untuk mengetahui hal-hal tersebut terdapat beberapa pertanyaan, diantaranya:
1.      Bagaimana proses pembentukan keterampilan sosial anak usia dini?
2.      Berapa macam keterampilan sosial anak usia dini?
3.      Bagaimana konsep pembentukan karakter sosial usia dini?
4.      Bagaimana prosedur pembentukan keterapilan sosial anak usia dini?
5.      Bagaimana tahapan pembentukan keterampilan sosial anak usia dini?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1.      Kita dapat mengetahui proses pembentukan keterampilan sosial anak usia dini?
2.      Kita dapat mengetahui berapa macam keterampilan sosial anak usia dini?
3.      Kita dapat mengetahui konsep pembentukan karakter sosial usia dini?
4.      Kita dapat mengetahui prosedur pembentukan keterapilan sosial anak usia dini?
5.      Kita dapat mengetahui tahapan pembentukan keterampilan sosial anak usia dini?
BAB II
PROSES PEMBENTUKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI


A.    Proses Pembentukan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini
Pendidikan moral pada usia dini harus dilakukan sejak anak dilahirkan, dan pada usia di bawah 2 tahun dapat dilakukan hanya dengan memberikan kasih sayang sebesar-besarnya kepada anak. Menurut Thomas Lickona, “Love lights the lamp of human development. If we wish to raise good children, we should begin by giving them our love” (Budiningsih, Asri C.: 2005). Ibaratnya sebuah bejana kosong, kalau diisi air “cinta dan kasih sayang” maka bejana tersebut hanya berisi air kesucian. Ketika anak dewasa, bejana (hati) ini hanya akan menebarkan kesucian dan kebajikan dalam perjalanan hidupnya. Apabila yang diterima adalah umpatan, dan contoh-contoh yang buruk, maka sifat-sifat seperti inilah yang akan disebarkan dalam perjalanan hidupnya. Oleh karena itu, orang tua (khususnya ibu) perlu sekali untuk mencium, memberikan kata-kata manis, dan mendendangkan cinta kepada bayi-bayi mereka.
Menurut Darsono Max (2001) “Seorang anak yang siap untuk masuk usia sekolah harus sudah dibekali dengan kesadaran emosi seperti rasa bersalah, rasa malu, perasaan disakiti, bangga, dan sebagainya”. Anak-anak pada usia pra-sekolah harus sudah dapat membedakan beberapa jenis emosi yang dirasakannya, sehingga mereka tidak menjadi bingung tentang nilai-nilai dari emosi yang dirasakan oleh mereka. Misalnya, seorang anak yang merasa iba kepada seorang anak yang dikucilkan, sedangkan seluruh kawan-kawannya mengejek anak tersebut. Anak tersebut akan mempunyai rasa ambivalen antara rasa empati dan rasa takut untuk dikatakan pengecut karena tidak mau terlibat untuk turut mengejek anak yang dikucilkan tersebut. Anak harus tahu bahwa merasa empati kepada anak yang dikucilkan adalah perasaan yang lebih baik yang harus diikuti.
Oleh karena itu, pendidikan karakter di sekolah, terutama pada usia TK dan SD, juga perlu dilakukan, tentunya disesuaikan dengan tahap perkembangan umur anak. Hal ini berbeda dengan Pendidikan Moral Pancasila yang selaim ini dilakukan yang hanya menyentuh aspek akademik (hafalan dan pengetahuan saja), tetapi tidak melibatkan aspek emosi (feeling) dan perilaku (acting).

B.     Macam Keterampilan Sosial Anak Usia Dini
Beberapa hasil penelitian menunjukkan masih banyak anak TK (PAUD) yang memilih cara agresif dalam penyelesaian konflik, hasil penelitian lain menunjukkan cara tersebut akan dibawa hingga dewasa. Pemahaman pendidik TK (PAUD) dalam kajian keterampilan sosial sangat minim dan beberapa bentuk program yang ada dilakukan dengan tidak sadar atau terprogram dengan jelas.
Pendidik PAUD atau Taman Kanak-kanak belum terbiasa untuk melakukan stimulasi keterampilan sosial yang terprogram dan berkelanjutan. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tiga alasan pendidik PAUd yang belum terbiasa melakukan stimulasi, yaitu;
  1. Pendidik sebagian besar sudah mengimplementasikan social skill dalam proses kegiatan belajar di PAUD atau TK, namun pada hasil kualitatif, terlihat bahwa sebagian besar pendidik belum memahami secara betul makna social life skill.
  2. Usaha penanaman social life skill belum terprogram dalam kegiatan yang direncanakan, melainkan hanya secara implisi disertakan pada kegiatan-kegiatan lain.
  3. Usaha pendidik dalam memahami macam keterapilan anak didik masih belum terencana atau diprogramkan. Bila sudah direncanakan atau diprograkan akan dapat dilaksanakan secara sadar sistematik, sehingga tujuan yang ingin dicapai secara eksplisit dapat dijadikan pedoman target yang jelas.
Sedangkan maca-macam keterapilan yang dimiliki oleh anak didik di PAUD adalah rasa empati, penuh pengertian, tenggang rasa, kepedulian pada sesame, komunikasi dua arah/ hubungan antar pribadi, kerjasama, tata krama/kesopanan, kemandirian, dan rasa tanggung jawab sosial. Dari beberapa uraian di atas dapat dikemukakan bahwa ketrampilan sosial adalah keterampilan atau strategi yang digunakan untuk memulai ataupun mempertahankan suatu hubungan yang positif dalam interaksi sosial, yang diperoleh melalui proses belajar dan bertujuan untuk mendapatkan hadiah atau penguat dalam hubungan interpersonal yang dilakukan.

C.    Konsep Pembentukan Karakter Sosial Usia Dini
Pengembangan karakter anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan terutama dari orangtua. Anak belajar untuk mengenal nilai-nilai dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dilingkungannya tersebut. Dalam pengembangan karakter social anak, peranan orang tua dan guru sangatlah penting, terutama pada waktu anak usia dini.
Berbagai bentuk kejahatan dan tindakan tidak bermoral dikalangan anak menunjukan bahwa anak didik kita belum memiliki karakter social yang baik. Hal ini perlunya pengembangan karakter yang sesuai dengan anak, yang tidak sekedar pengetahuan, dan doktrinasi, tetapi lebih menjangkau dalam wilayah emosi anak.
Usaha atau upaya yang dapat dilakukan oleh guru dan orang tua dalam membangun karakter anak usia dini adalah:
1.      Memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak.
2.      Memenuhi kebutuhan dasar anak antara lain kebutuhan kasih sayang, pemberian makanan yang bergizi.
3.      Pola pendidikan guru dengan orangtua yang dilaksanakan baik dirumah dan di sekolah saling berkaitan.
4.      Berikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan tingkah laku yang terpuji.
5.      Berikan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia perkembangannya.
6.      Bersikap tegas, konsisten dan bertanggungjawab

D.    Prosedur Pembentukan Keterapilan Sosial Anak Usia Dini
Prosedur membentuk karakter anak dimulai sejak dini, paling tidak anak berusia dua tahun. Apabila masa usia 2 tahun pertama anak sudah mendapatkan cinta, maka sangat mudah anak tersebut dibentuk menjadi manusia yang berakhlak mulia. Menurut hasil penelitian, anak-anak usia 2 tahun sudah dapat diajarkan nilai-nilai moral, bahkan mereka sudah dapat mempunyai perasaan empati terhadap kesulitan atau penderitaan orang lain.
Misalnya, ketika ia melihat raut wajah ibunya yang sedih, ia dapat mengekspresikan empatinya. Dikatakan bahwa rasa empati adalah sifat alami yang sudah ada sejak anak dilahirkan yang merupakan sumber dari moralitas individu, seperti rasa iba dan rasa ingin berbuat baik, termasuk perasaan bersalah dan malu kalau melakukan hal-hal yang tidak baik. Sedangkan bagaimana empati dapat terus tumbuh subur adalah tergantung dari emotional bonding dengan ibunya pada usia-usia awal kehidupan seorang anak.

Mengenai prosedur pembentukan keterapilan sosial anak usia dini yaitu saat usia anak paling tidak berusia dua tahun. Kemudian anak yang berusia dua tahun tersebut   harus dibekali dengan kesadaran emosi seperti rasa bersalah, rasa malu, perasaan disakiti, bangga, dan sebagainya. Menurut Hamalik, Oemar (2004), seorang anak yang siap untuk masuk usia sekolah harus sudah dibekali dengan kesadaran emosi seperti rasa bersalah, rasa malu, perasaan disakiti, bangga, dan sebagainya.
Anak-anak pada usia pra-sekolah harus sudah dapat membedakan beberapa jenis emosi yang dirasakannya, sehingga mereka tidak menjadi bingung tentang nilai-nilai dari emosi yang dirasakan oleh mereka. Misalnya, seorang anak yang merasa iba kepada seorang anak yang dikucilkan, sedangkan seluruh kawan-kawannya mengejek anak tersebut. Anak tersebut akan mempunyai rasa ambivalen antara rasa empati dan rasa takut untuk dikatakan pengecut karena tidak mau terlibat untuk turut mengejek anak yang dikucilkan tersebut. Anak harus tahu bahwa merasa empati kepada anak yang dikucilkan adalah perasaan yang lebih baik yang harus diikuti.
Oleh karena itu, pendidikan karakter di sekolah, terutama pada usia TK dan SD, juga perlu dilakukan, tentunya disesuaikan dengan tahap perkembangan umur anak. Hal ini berbeda dengan Pendidikan Moral Pancasila yang selaim ini dilakukan yang hanya menyentuh aspek akademik (hafalan dan pengetahuan saja), tetapi tidak melibatkan aspek emosi (feeling) dan perilaku (acting).

E.     Tahapan Pembentukan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini
Pembentukan keterampilan sosial anak usia dini ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi.
Kesatu, anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik.
Kedua, anak mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, anak tak mau mencuri, karena tahu mencuri itu buruk, ia tidak mau melakukannya karena mencintai kebajikan.
Ketiga, anak mampu melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya. Lewat proses sembilan pilar karakter yang penting ditanamkan pada anak. Ia memulainya dari cinta Tuhan yang Maha Esa dan alam semesta beserta isinya; tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; kejujuran; hormat dan santun; kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama; percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati; toleransi, cinta damai, dan persatuan.
Tujuan mengembangkan keterampilan sosial anak usia dini adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmenya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukannya dengan benar, dan cenderung memiliki tujuan hidup. Membangun karakter yang efektif, ditemukan dalam lingkungan sekolah yang memungkinkan semua anak menunjukan potensi mereka untuk mencapai tujuan yang sangat penting. (Salim, Agus dkk: 2004).
BAB III
PENUTUP
3.      Kesimpulan
Dari materi yang kami bahas mengenai “PROSES PEMBENTUKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI” dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan awal, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting, karena orang tua adalah pengenalan pertama tentang pendidikan.
Pada masa usia dini anak harus memenuhi aspek-aspek perkembangan seperti moral, bahasa, kognitif, emosi, social, dan agama. Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda, karena cara pola asuh mereka tidak sama. Ali bin Abi Tholib as, mengatakan “didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal kebaikan”. Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya pendidikan anak usia dini. Dalam hadist diterangkan bahwa “ Setiap anak dilahirkan atas fitrah, sehingga lancar lidahnya, maka orang tuanya yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

4.      Saran
Sebaiknya dalam membina dan mendidik anak harus memperhatikan tahapan-tahapan seperti memilih istri yang sholehah, membiasakn anak untuk mengerjakan sholat, memberikan teladan yang baik, menjauhkan mereka dari teman-teman yang buruk, membentengi diri mereka dari hal-hal yang merusak akhlak mereka, mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran Islam, bersikap adil, mendo’akan kebaikan bagi mereka.
Dan dengan itu pula penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kebaikan makalah yang berikutnya. Karena apa yang penulis buat ini sangat jauh dari kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

1.            Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
2.            Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
3.            Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
4.            Salim, Agus dkk. 2004. Indonesia Belajarlah. Semarang: Gerbang Madani Indonesia.

Jumat, 28 November 2014

MAKALAH ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI: ELSA HARIANI F, S.Pd.Aud Jilid 3


Contoh Makalah ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI Jilid 3

MAKALAH ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI: ELSA HARIANI F, S.Pd.Aud Jilid 3


BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Dari materi yang kami bahas tentang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pandangan Islam tentang Anak dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan awal, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting, karena orang tua adalah pengenalan pertama tentang pendidikan. Pada masa usia dini anak harus memenuhi aspek-aspek perkembangan seperti moral, bahasa, kognitif, emosi, social, dan agama. Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda, karena cara pola asuh mereka tidak sama. Ali bin Abi Tholib as, mengatakan “didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal kebaikan”. Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya pendidikan anak usia dini. Dalam hadist diterangkan bahwa “ Setiap anak dilahirkan atas fitrah, sehingga lancar lidahnya, maka orang tuanya yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

2.      SARAN
Sebaiknya dalam membina dan mendidik anak harus memperhatikan tahapan-tahapan seperti memilih istri yang sholehah, membiasakan anak untuk mengerjakan sholat, memberikan teladan yang baik, menjauhkan mereka dari teman-teman yang buruk, membentengi diri mereka dari hal-hal yang merusak akhlak mereka, mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran Islam, bersikap adil, mendo’akan kebaikan bagi mereka. Penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi kebaikan makalah yang berikutnya.

Daftar Pustaka

1.      Asmani, jamal ma’mur.2009.Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: DIVA Press.
2.      Hasan, Maimunah. 2011. Pendidikian Anak Usia Dini. Yogyakarta: DIVA press
3.      Mansyur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
4.      Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Paud. Yogyakarta: Pedagogia.




MAKALAH ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI: ELSA HARIANI F, S.Pd.Aud Jilid 2


Contoh Makalah ISLAM DAN PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM PADA ANAK USIA DINI Jilid 2


BAB II
PEMBAHASAN

Merujuk  kepada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan terdiri atas Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar (SD), Pendidikan Menengah (SMP), dan Pendidikan Tinggi (SMA) atau Perguruan Tinggi, yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistematik. Artinya, pendidikan harus dimulai dari usia dini, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dengan demikian, PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Dalam penjelasan selanjutnya, PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pedididkan formal, non formal, dan atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK),  RaudhatulAthfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD dalam pedidikan non  formal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD dalam pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau  pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Pendidikan anak usia dini selain mempelajari ilmu pelajaran alam, bahasa dan matematika atau kesenian (bernyanyi dan menggambar). Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini juga mempelajari agama, apakah agama Islam dan agama yang lainnya, tergantung lembaga tersebut. Islam dan Pendidikan Budaya Islam pada Anak Usia Dini harus dapat terintegrasi pada anak. Namun bagaimana cara untuk menerapkan budaya Islam pada anak tersebut. Mengenai hal tersebut dapat diuraikan sebuah pembahasan diantaranya; hakikat pendidikan anak usia dini dan Islam, pendidikan budaya Islam, cara penerapan budaya Islam kepada anak usia dini, dan pandangan Islam terhadap pendidikan anak usia dini.
     
A.     HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Hakikat pendidikan anak usia dini merupakan serangkaian upaya sistematis dan terprogram dalam  melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Hakikat pendidikan anak usia dini mempunyai tujuan dan beberapa prinsip serta standar kompetensi.
  1. Tujuan
Ada dua tujuan diselenggarakannya pedidikan anak usia dini yaitu sebagai berikut:
a.       Membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal didalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
b.      Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
  1. Prinsip-prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini  (PAUD) terdapat prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Mengutamakan kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio-emosional.
b.      Belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar. Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui permainan,anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda disekitarnya.
c.       Lingkungan yang kondusif dan menentang. Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan, sekaligus menentang dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
d.      Menggunakan pembelajaran terpadu dalam bermain. Pembelajaran  anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang harus dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak, serta bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep serta mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah   dan  bermakna bagi anak didik.
e.       Mengembangkan berbagai kecakapan atau keterampilan hidup (lifeskills). Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, dan bertanggungjawab, serta memiliki disiplin diri.
f.        Menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan sumber belajar. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik, guru, dan orang tua.
g.       Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang. Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik, hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan berulang kali.
  1. Standar Kompetensi Anak Usa Dini
Standar kompetensi anak usia ini terdiri atas pengembangan aspek-apek sebagai berikut:
a.       Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. “moral” berasal dari kata latin yag berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral. Peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari serluruh anggota kelompok.
b.      Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak sesuai sengan harapan sosial. Perilaku demikian, disebabkan oleh ketidakacuhan akan harapan sosial, melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.
c.       Perilaku amoral berarti perilaku yang lebih disebabkan ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada pelanggaran yang sengaja terhadap standar. Beberapa diantara perilaku anak kecil lebih bersifat amoral ari pada tak bermoral.
d.      Pada saat lahir, tidak ada anak yang memiliki hati nurani atau skala nilai. Akibatnya, tiap yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak seorang anakpun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri. Maka, tiap anak harus diajarkan standar kelompok tentang yang benar dan yang salah.

B.     APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN ISLAM?
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.
Pengertian Islam secara  harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar "selamat" (Salama).
Pengertian Islam menurut Al-Quran tercantum dalam sejumlah ayat, diantaranya ialah;
1.      Islam berasal dari kata "as-silmu " yang artinya damai 
“dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Anfal:61).
2.   Islam berasal dari kata "aslama " yang artinya menyerahkan diri (pasrah). 
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya” (QS. An-Nisa:125).
3. Islam berasal dari kata "istalma mustaslima " yang artinya penyerahan total kepada Allah.
”Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri” (QS. Ash-Shaffat:26 ).
4.  Islam berasal dari kata "saliimun salim " yang artinya bersih dan suci.
 “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (QS. Asy-Syu ' ara:89).
5.      Islam berasal dari kata "salamun " yang artinya selamat. 
“Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku” (QS. Maryam:47).
Pengertian Islam menurut Al-Quran tersebut sudah cukup mengandung pesan bahwa kaum Muslim hendaknya cinta damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT, bersih dan suci dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia-akhirat jika melaksanakan risalah Islam. Wallahu a’lam.

C.     PENDIDIKAN BUDAYA ISLAM
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hokum, moral adat istiadat, dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dan ada juga kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batil (akal budi) manusia kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasi kebudayaan.
Pendidikan budaya Islam merupakan suatu usaha dalam mengajarkan budaya kepada generasi Islam yang baru agar mereka mengetahui dan mencintai budaya Islam yang telah berkembang sejak dahulu. Budaya Islam yang harus dikembangkan atau diajarkan kepada anak didik sejak dari dini diantaranya ialah; 
1.      Ibadah.
2.      Kasidahan atau nasyid.
3.      Kaligrafi atau kerajinan tangan.
4.      Berpakaian Muslim.
5.      Makan dan minum yang halal.
6.      Selalu berdzikir dan berdo’a.
7.      Bertutur kata yang sopan dan bergaul dengan baik.
Sedangkan yang dimaksud dengan budaya Islam adalah istilah yang banyak digunakan dalam akademi sekuler untuk mendeskripsikan praktik budaya orang Islam. Karena agama Islam muncul pada abad ke-6 di Arab, bentuk awal budaya Muslim kebanyakan merupakan budaya Arab. Dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam, Muslim saling berhubungan dan berasimilasi dengan budaya Persia, Turki, Monggol, India, Melayu, berber, dan Indonesia.

D.    CARA PENERAPAN BUDAYA ISLAM KEPADA ANAK USIA DINI
Segala sesuatu dimulai dengan proses, demikian juga dalam hal mendidik anak. Berikut beberapa tahapan atau cara penerapan budaya Islam kepada anak usia dini. Upaya itu dapat kita sebut dengan membina dan mendidik anak, seperti;
1.      Membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah
Diantara yang perlu ditanamkan sejak dini dalam diri anak-anak adalah kesadaran untuk mengerjakan sholat wajib. Yang demikian ini disebutkan dalam firman Alloh SWT:
وَأْمُرْأَهْلَكَ بِالصَّلَاةِوَاصْطَبِرْعَلَيْهَا
“perintahkan keluargamu untuk mengerjakan sholat dan bersabar atasnya” (QS. Thoha:132). Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “ajarkan sholat pada anak anak disaat berumur 7 tahun” (HR. At-Tirmidzi). Selain itu pula hendaknya orang tua memotivasi anak-anak untuk mengerjakan ibadah yang lain agar ketika mereka mencapai usia balig, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
2.      Memberikan teladan yang baik
Teladan yang baik merupakan hal terpenting dalam keberhasilan mendidik anak.Telah diketahui bersama bahwa seorang anak itu suka meniru tingah laku orang tuanya.Bila orang tua memberikan teladan yang baik kepada anaknya niscaya anak tersebut menjadi pribadi yang baik.Begitu juga sebaliknya. Maka hendaknya orang tua memperhatikan dan tidak menyepelekan masalah ini, serta jangan pula apa yang dikerjakan bertentangan dengan apa yang dikatakan. Alloh berfirman yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. Amat besar kemurkaan disisi Alloh ta’ala bila kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash –Shof : 2-3)
3.      Menjauhkan mereka dari teman teman yang buruk
Hendaknya orang tua memberikan pengarahan kepada anak-anaknya agar  memilih teman-teman yang baik agama dan budi pekertinya. Juga selayaknya orang tua memberikan pengertian dan senantiasa mengingatkan mereka akan bahaya bergaul dengan orang-orang tak sholih.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam  bersabda yang artinya: “Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka bisa jadi dia akan memberimu hadiah atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau busuk” (HR Bukhari  dan Muslim)
4.      Membentengi diri mereka dari hal-hal yang merusak akhlak
Penyebab banyaknya penyimpangan yang dilakukan anak-anak baik dari segi aqidah maupun akhlak adalah apa yang mereka saksikan baik di media cetak maupun elektronik berupa gambar-gambar atau tayangan-tayangan yang merusak agama mereka. Solusinya adalah terus memantau aktivitas sehari-hari mereka, serta memberikan bimbingan akan dampak negatif dari kemajuan teknologi. Yang demikian ini bukan berarti melarang mereka untuk menggunakan sarana informasi dan komunikasi, hanya merupakan pengarahan agar teknologi bisa termanfaatkan dengan baik.
5.      Mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran Islam
Sudah sepantasnya bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada diri anak-anaknya, seperti pentingnya iman dan Islam, kecintaan pada Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam  (yang nantinya membuahkan ketaatan terhadap perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan), juga mengajarkan mereka adab-adab Islam sehari-hari,( seperti adab berpakaian, makan dan minum dsb), dzikir-dzikir dan doa-doa, cara bertutur kata, bergaul dengan baik terhadap orang yang lebih tua dan sesama, cinta akan kebersihan dan perilaku baik lainya.
6.      Bersikap adil
Yaitu bersikap kepada anak-anak, tidak membedakan antara satu anak dengan anak yang lainya dalam segala hal, baik dari sisi kasih sayang, perhatian, pengajaran, nafkah, hadiah dan lain sebagainya sehingga tidak terjadi kecemburuan diantara mereka. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَاتَّقُوااللَّهَ وَاعْدِلُوابَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ
 “Bertaqwalah kalian kepada Alloh, dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian” (HR. Muslim).
7.      Mendo’akan kebaikan bagi mereka
Hendaknya orang tua menyadari bahwa hidayah berada di tangan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Alloh memberikan hidayah  kepada siapa saja yang Ia kehendaki dengan rahmat dan karunia-Nya, sedang orang tua hanya bisa mengajarkan, mengarahkan, dan membimbing anak-anaknya. Oleh karena itu hendaknya memperbanyak berdoa untuk kebaikan mereka.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَاهَبْ لَنَامِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَاقُرَّةَأَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَالِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“mereka  berdoa: “ wahai Robb kami, berikanlah kami penyejuk hati dari istri-istri dan anak-anak kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al-Furqon: 74). Namun sebaliknnya, jauhilah dari mendo’akan kejelekan bagi mereka (seperti: mengutuk, membodoh-bodohi, melaknat dan yang semisalnya). Anak adalah amanah dari Alloh, dan kita diperintahkan agar bisa menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya.Semoga kita mampu menjaga dan menunaikan amanat yang diberikan kepada kita.
E.     PANDANGAN ISLAM TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Sungguh Alloh Subhanahu Wata’ala telah memberikan berbagai macam amanah dan tanggung jawab kepada manusia. Diantara amanah dan tanggung jawab terbesar yang Alloh Ta’ala bebankan kepada manusia, dalam hal ini orang tua (termasuk guru, pengajar ataupun pengasuh) adalah memberikan pendidikan yang benar terhadap anak. Yang demikian ini merupakan penerapan dari firman  Alloh Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
 “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka” (QS. At-Tahrim:6).
Sahabat yang mulia Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu  ‘anhu menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan: “Didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal kebaikan” (Tafsir Ath-Thobari, Al-Maktabah As-Syamilah). Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya menyelenggarakan pendidikan kepada anak usia dini, juntifikasi itu memberikan arti bahwa penyelenggaraan pendidikan pendidikan kepada anak usia dini adalah merupakan perintah yang didalamnya memiliki makna ibadah yang Agung. Inilah kesempurnaan sebuah ajaran, dimana Islam mengajarkan tentang pentingnya proses pembentukan generasi muslim dari sejak sedini mungkin untuk membangun pribadi-pribadi muslim yang kaffah (sempurna).
Beberapa landasan Hadist yang menerangkan betapa pentingnya mendidik anak sejak usia dini, dapat di renungkan hadist-hadist berikut ini:
قالَ رَسُولُ الله ِصَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ مَامِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّيُوْلَدُعَلَى الْفِطْرَةِفَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْيُمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى)
Artinya: “Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri), sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (H.R. Bukhori).
أَكْرِمُواأَوْلاَدَكُمْ،وَأَحْسِنُواأَدَبَهُمْ
Artinya : “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik.”
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا ( رواه البخارى)
Artinya : “ Paling baiknya kamu sekalian adalah dari budi pekertinya. “ (H.R. Bukhori)
 ‘Amru bin ‘Atabah pernah memberikan pegangan kepada para pengasuh anaknya dengan berkata:
لِيَكُنْ أَوَّلُ إِصْلاَحِكَ لِوَلِدَى إِصْلاَحَكَ لِنَفْسِكَ فَإِنَّ عُيُوْنَهُمْ مَعْقُوْدَةٌبِعَيْنِكَ,فَاالْحَسَنُ عِنْدَهُمْ مَاصَنَعْتَ وَالْقَبِيْحُ عِنْدَهُمْ مَاتَرَكْتَ
Artinya : “ Hendaklah tuntunan perbaikan yang pertama bagi anak-anakku, dimulai dari perbaikan anda terhadap diri anda sendiri. Karena mata dan perhatian mereka selalu terikat kepada anda.Mereka menganggap baik segala yang anda kerjakan, dan mereka menganggap jelek segala yang anda jauhi.”
Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi orang tua untuk memperhatikan masalah pendidikan anaknya dengan sebaiknya-baiknya.